Opini
PEMUDA DAN RESOLUSI GERAKAN LITERASI
Oleh : Herman Jamaluddin
Kehidupan setiap manusia tidak bisa terlepas dari aktivitas literasi. Dalam pemahaman kita terkait literasi, bukan sekedar kemampuan baca tulis namun lebih dari itu literasi merupakan kemampuan individu untuk menggunakan potensi atau skill yang dimiliki dalam kehidupannya, dengan tingkat pemahaman bahwa kemampuan membaca kata dan membaca dunia.
Mengacu pada hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tingkat literasi masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil survei tahun 2019 minat baca masyarakat Indonedia menempati ranking ke 62 dari 70 negara, atau berada 10 negara terbawah.
Sementara UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca. Hasil riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.
Di Indonesia, membaca belum menjadi sebuah kebiasaan yang tumbuh secara konsisten dalam masyarakat khususnya anak muda. Meski Indek Kegemaran Membaca (IKM) menunjukkan peningkatan pada 2016 yakni mencapai skor 26,5 dan tahun 2020 menjadi 55,74.
Referensi di atas harus di maknai secara postif bahwa hal tersebut menjadi cambukan bagi anak muda Indonesia agar lebih progresif dalam megerakkan literasi. Menjadi sebuah keharusan bagi siapapun di Indonesia, menumbuhkan ekosistem literasi. Gerakan literasi yang terencana dan terukur harus banyak di pelopori anak muda baik secara individu ataupun kelompok.
Perputaran waktu yang tak terasa, telah hampir membawa kita meninggalkan tahun 2021 dengan berbagai cerita dan pengalaman yang sekaligus menjadi pelajaran menyongsong tahun 2022. Setiap orang memiliki harapan setiap menuju tahun selanjutnya, penyusunan rencana sebagai suatu bentuk resolusi menjadi upaya dalam mewujudkan peningkatan indeks literasi Indonesia.
Anak muda tentu harus memiliki resolusi yang lebih progresif dalam gerakan literasi. Masyarakat dalam berbagai aspek gerakan, seperti gerakan sosial, gerakan seni budaya, gerakan politik dan gerakan Literasi tumpuan besarnya ada pada anak muda. Dalam sejarah bangsa kita pun anak muda menjadi tumpuan-tumpuan gerakan sehingga bung Karno berkata berikan aku 10 pemuda maka akan aku guncangkan dunia ini. Hal ini mengindikasi bahwa, anak muda menjadi patron dalam setiap gerakan masyarakat.
Menuju tahun 2022 anak muda baik secara individu ataupun kelompok mesti menyusun resolusi gerakan literasi yang lebih progresif dan terukur dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menjadi upaya bersama dalam meningkatkan tumbuhnya ekosistem literasi di Indonesia. Secara konprehensip, gerakan literasi harus mampu berefek dalam tindakan dan merata keseluruh generasi Indonesia.
Produktivitas Menulis
Aktivitas lembaga atau komuitas yang bergerak fokus pada gerakan literasi harus lebih mendorong sumber daya manusia agar lebih produktif dalam menulis. Membaca tanpa menulis lalu tidak bertindak maka pengetahuan yang didapat dari membaca terhenti hanya sampai ide saja. Literasi lebih dari sekedar membaca, namun keterampilan dalam menulis juga. Artinya baik secara individu dan kelompok harus ada upaya mendorong diri untuk menulis. Menulis melatih sekaligus menguji kemampuan kognitif, pengetahuan sosial, kultur, politik, dan literasi agar lebih dalam.
Kemampuan menulis seseorang adalah aktivitas dasar bagi pengembangan makna literasi secara jauh lebih dalam. Proses menulis mendorong anak muda memahami lebih dalam literasi secara kompleks, dinamis, serta terus terbangun penafsiran dengan beragam cara dan sudut pandang. Produktivitas menulis anak muda harus terus didorong agar ekositem literasi semakin teduh dalam membentuk kepribadian anak muda. Eksisestensi anak muda sebagai patron gerakan literasi mampu di tonjolkan melalui karya tulisan.
Dengan menulis anak muda mampu memperluas dan menyebarluaskan cakrawala fikiranya sehingga yang lain mendapatkan pengetahuan serta termotivasi untuk menulis. Menulis juga merupakan jalan dalam mengembangkan pengetahuan dan dapat dijadikaan sebagai media informasi bahwa kenyatannya beberapa masyarakat khususnya anak muda di Indonesia minim tertarik dan mengimplementasikan nilai-nilai literasi.
One Month One Book
Literasi adalah bagian dari membaca dan menulis. Dengan membaca seseorang dapat memperluas cakrawala berfikir yang kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan (Dahlan, 2008:21) Literasi juga merupakann kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis.
Ketertarikan anak muda untuk memulai dan konsisten dalam membaca memang memerlukan formula metode dan kaya alternatif. Hambatan dan tantangan besarnya adalah penggunaan tekonologi yang tidak terkontrol dan lingkungan yang minim dorongan orientasi literasi. Daya dorongan lebih kuat harus muncul dari anak muda yang berkecimpung di dalam komunitas literasi. Program-program yang kemudian lebih mendorong terbangunnya ekosistem semangat membaca.
One month ona book mampu menjadi satu program komunitas literasi yang mendorong secara tegas bagi individu dan kelompok meningkatkan daya bacanya. Selain itu membaca buku berangsur membangun lingkungan literasi masyarakat Indonesia. Dalam aktivitas membaca yang terukur maka akan mendorong anak muda untuk bisa memahami informasi secara analitis, kritis dan reflektif.
Ekspedisi Literasi
Sebagai bangsa yang besar dengan berbagai kemajemukan suku yang terdapat di berbagai wilayah pelosok menjadi sebuah kekayaan Indonesia. Dalam Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024. Terdapat 62 daerah tertinggal yang ditetapkan dalam aturan ini. Adapun kriteria yang menyebabkan satu wilayah menjadi daerah tertinggal, perekonomian masyarakat; sumber daya manusia; sarana dan prasarana; kemampuan keuangan daerah; aksesibilitas; dan karakteristik daerah.
Mengacu pada Perpres di atas, masyarakat Indonesia khususnya anak muda mesti memperhatikan pula generasi pelosok dan menghidupkan gerakan literasi lebih banyak lagi dipelosok. Menjadi tanggung jawab bersama untuk membantuk pemerintah dalam melakukan pemerataan literasi di pelosok salah satunya dengan gerakan ekspedisi literasi.
Pemerintah melalui Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di tahun 2021 ini melalui program 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) memberikan bantuan buku siap layani sebanyak 500 judul Buku (1.000 Eksemplar). Program yang bergerak sejak tahun 2018 merupakan satu upaya konkrit dalam upaya pembangunan sumber daya manusia melalui literasi.
Gerakan literasi perlu elaborasi melalui kalaborasi anak muda bersama pemerintah, sehingga meningkatnya ekosistem literasi yang menyentuh seluruh kalangan dan berdampak secara maksimal bagi perkembangan sumber daya manusia.anak muda melalui gerakan literasi yang terorganisir dan memiliki keberanian serta kepekaan terhadap kondisi literasi di pelosok perlu ditingkatkan. Sehingga terbangun kebudayaan membaca di sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia.
Menyongsong tahun 2022, seluruh gerakan masyarakat khsusunya gerakan literasi mesti direncanakan secara baik, progresif, terukur dan menyeluruh. Upaya kalaborasi dalam menghidupakan ekosistem gerakan literasi tentu harus di dominasi oleh anak muda. Lewat anak muda maka resolusi literasi akan terwujud sehingga Indonesia akan menuju kiblat gerakan literasi dunia.
,
Semangat literasi tetap harus tumbuh
BalasHapus