Kepemudaan
Pemuda dan Tantangan di Era Society 5.0
“Otokritik Kiprah Pemuda dalam Pembangunan Karakter Kebangsaan”
Oleh : Sarifudin Maulana, S.Sos
Pemuda adalah salah satu bagian penting dalam pembangunan, ditengah derasnya arus digitalisasi peranan pemuda menjadi elan vital. Ini ditandai dengan Negara membuka akses pada pemuda untuk berkiprah untuk Negara. Ada hal yang lebih mencengangkan bagi kita semua dengan pesatnya perkembangan zaman dalam mengelola era yang biasa disebut society 5.0 dimana digitalisasi sudah mulai masuk ke desa-desa seiring dengan kebijakan formal pemerintah untuk membuka akses informasi public.
Kini hal tersebut semakin membuka mata pemuda untuk bisa lebih memiliki daya saing, kompetensi dan skill yang mumpuni dalam menghadapi tantangan global. Tantangan yang sedang kita hadapi dimana dari sekian banyak kuantitas pemuda, pemuda hanya dianggap sebagai bagian tak penting di setiap sector riil, dikarenakan SDM pemuda kita masih perlu stimulus untuk bisa terlibat aktif dalam era kekinian yang biasa disebut Millenial dan Gen Z. pembentukan karakter generasi tersebut tidak dibarengi dengan kebijakan strategis Negara dalam mengelola potensi pemuda. Pemuda dianggap kehilangan khittah perjuangannya, kehilangan orientasi pergerakan membangun bangsa dan terkesan acuh pada fenomena social. Tantangan inilah yang membuat pemuda Indonesia semakin tertinggal, dan seakan kehilangan sikap kritis untuk menjadi penyeimbang konsep dan gagasan yang telah di lakukan oleh Bapak Proklamator Kita Ir. Soekarno yang pernah menyatakan “Berikan Padaku 10 Pemuda, Maka akan kuguncangkan Dunia” pernyataan ini bukan tanpa alasan, bahwa pemuda pernah jaya di masanya, dimana perjuangan pemuda lahir dari sebuah Gagasan Dr. Soetomo dkk dalam mengagas Budi Oetomo sebagai basis perlawanan dan perjuangan terhadap penjajah.
Secara Historis, pemuda hadir sebagai konstruksi social yang tidak terlepas dari Konstruksi Kultural yang melingkupinya, dalam Anglo Saxon, Wyn (2016) menjelaskan bahwa pemuda muncul sebagai sebuah kategori baru dalam masyarakat sebagai respon terhadap perubahan social yang dimotori oleh industrialisasi, kapitalisasi dan urbanisasi. Pemuda muncul sebagai kategori baru guna mersepons akan kebutuhan tenaga kerja agar roda akumulasi profit dan industrialisasi berjalan mulus.
Budi Utomo yang lahir sebagai basis perjuangan pemuda dimasanya, kini dengan melihat kondisi pemuda hanya sebagian besar dari potensi pemuda di negeri kita terpakai sebagai basis intelektual, basis moral dan perubahan karakter yang dianggap sebagai jargon saja. Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) yang menurut hasil rilisnya capaian pada tahun 2020, Indonesia memiliki nilai IPP sebesar 51,00. Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 1,67 poin dari tahun 2019. Padahal target nilai IPP Indonesia di tahun 2024 sebesar 57,67. Inilah tugas besar para pemuda dalam memberikan kontribusi nyata bagi bangsanya, pemuda harus menjadi epicentrum gerakan moral dan intelektual dimana kondisi Negara yang sedang mengalami sakit parah ditengah hantaman wabah Covid 19. Hasil rilis tersebut menyatakan kita masih harus mencapai target tersebut, target yang dianggap perlu energy besar untuk merealisasikannya. Kiprah pemuda dalam pemerintahan sudah mulai memperlihatkan kepada arah yang baik dan maksimal, hanya saja pada bidang lain pemuda masih belum membuka diri untuk selalu mengakses sikap secara positif.
Berbicara politik generasi millenial, momentum yang paling mencolok ialah ketika Pemilu 2019. Dimana menurut Koordinator Pusat Peneliti Politik LIPI, Sarah Suaini Siregar menyatakan, berdasarkan hasil survey lembaganya ada sekitar 35 persen sampai 40 persen pemilih dalam pemilu 2019 didominasi pemilih generasi millenial. Melihat cukup besarnya persentase pemilih tersebut, merupakan pemandangan politik yang sungguh menawan, bukan bagi penyelenggara pemilu saja yang berbangga hati. Tetapi, juga parta politik juga pasti menilai hal tersebut ibarat lahan basah yang mengandung permata yang berharga. Dalam hal ini kita perlu juga jadikan rujukan agar pemuda mampu memiliki daya saing secara politik dengan membuka akses social politik, sehingga mampu menjadi lokomotif pembangunan karakter dan politik. Pada saat ini dinamika tersebut hadir membuka mata kita bahwa pemuda dengan bonus demografinya mampu memanfaatkan momentum politik untuk memberikan stimulus bagi pemuda lain, akan tetapi hal ini juga harus dibarengi dengan pengembangan karakter dan skill yang mumpuni agar pemuda mampu melek secara politik.
Melihat dengan modal dan semangat yang dimiliki kaum millenial, hal ini harus dimanfaatkan dengan sangat baik oleh pihak-pihak penggiat literasi khususnya mengenak demokrasi dan politik ataupun juga lembaga negara yang terfokus pada sektor politik dan pemerintahan. Berdasarkan data dari Trans Media Sosial, karakteristik generasi Milenial yang paling mencolok adalah mereka sangat menguasai gawai, teknologi serta aktif di media sosial seperti Facebook, YouTube, Instragram, WhatsApp dan lain-lain. Data menyebutkan sekitar 80% generasi Milenial mengakses media sosial setiap hari, mereka biasanya mencari informasi mengenai liburan, hiburan, kuliner, agama, politik, olah raga dan lain sebagainya. Maka dari itu perlu sedikit pembelajaran tentang manfaat teknologi tersebut agar tidak salah kaprah dalam mengaksesnya. Era sekarang adalah era telanjangnya sikap dan hilangnya sense, sehingga perlu untuk kiranya pembelajaran positif bagi generasi millennial sebagai basif pembangunan secara positif.
Apa itu Era Society 5.0? Era Society 5.0 adalah dimana manusia menjadi komponen utama dalam menciptakan nilai baru yang humanis dalam perkembangan teknologi. Sebelumya sudah ada Society 1.0 sampai Society 4.0, yang dimana Society 1.0 berada di masa saat manusia masih berburu dan menjamu. Kemudian dilanjut dengan 2.0 dimana manusia mulai bercocok tanam. Setelah itu, Society 3.0 yaitu saat manusia mengenal perindustrian. Masuklah ke Era Society 4.0, pada masa ini manusia dapat dengan mudah mendapatkan informasi dan komunikasi antar manusia pun semakin mudah dan hebat. Dan kemudian Society 5.0, yang baru diresmikan pada 21 Januari 2019. Era society 5.0 menggambarkan betapa kita harus mampu membuka mind set dan akses secara digital lewat edukasi, karena hamper disemua sector riil kita diperhadapkan dengan kemudahan akses digital dan kita dituntut untuk melek secara digital agar nantinya kita tidak terjebak pada cirlcle yang merusak mental pemuda.dan semoga di era ini pemuda mampu terjun langsung dan hadir sebagai problem solving serta mampu menghadapi tantangan global.
Peran manusia sangat penting di Era ini karena manusia yang menjadi komponen penting dalam keberlanjutannya Society 5.0 sendiri. Terutama peran generasi muda, sudah saatnya kita membuka mata kita dan peduli terhadap perkembangan teknologi di Era Society 5.0. "Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu. Tetapi tanyakan pada dirimu apa yang telah kau berikan kepada negaramu".
terima kasih atas dukungannya dalam mengirim opini
BalasHapus